Selasa, 27 Desember 2011

Lanjutan "Permasalahan Pemuda Islam Saat Ini"


Mungkin banyak dari kita bertanya mengapa musuh-musuh Islam tersebut lebih banyak menyerang para pemuda Islam? Itu tidak lain adalah untuk menghancurkan Islam dengan menggunakan sistem yang sering kita dengar, yaitu perlahan tapi pasti. Kenapa saya berkata demikian, karena ada pepatah mengatakan "Pemuda hari ini Pemimpin hari esok". Dan inilah yang memang menjadi target utama mereka dan terbukti sudah banyak dari teman kita yang berhasil disesatkan.

Fenomena yang saat ini makin marak muncul yaitu fenomena boy/girl band yang menampilkan gaya alay yang sungguh tidak pantas untuk ditonton apalagi ditirukan oleh para pemuda muslim. Bagaimana tidak, selain menampilkan gaya rambut dan cara berpakaian yang sungguh tidak pantas mereka juga dengan antusias bernyanyi dan bergoyang bagai penari jaipong. Mungkin bagi sebagian orang itu adalah hal yang wajar karena mengikuti trend yang saat ini sedang berkembang. Tapi sungguh, perbuatan itu sungguh dibenci oleh Allah karena telah banyak memberikan mudarat bagi pemuda Islam.

Melalui media-media seperti inilah mereka ingin menjauhkan para generasi penerus Islam dari beribadah kepada Allah Tuhan yang sepatutnya kita sembah. Dengan adanya media-media tersebut mereka semakin leluasa dalam menyebarkan visi dan misi mereka secara tidak langsung.

Namun, bukan berarti kita para pemuda Islam tidak bisa berbuat apa-apa untuk menantang dan membentengi diri kita dari masalah ini. Seseorang pernah berkata bahwa yang penting pada saat kita menggunakan suatu media itu adalah tujuan awal kita, bukan seperti apa media yang kita gunakan.

Dan bagi kita pemuda Muslim, mengapa kita tidak memanfaatkan media yang telah dibuat oleh musuh-musuh Allah ini untuk kembali menegakkan dan mengajarkan syariat Allah SWT yang sesungguhnya. Bukankah itu juga adalah salah satu bentuk perhatian kita terhadap Agama Islam yang kita cintai ini. Kita dapat menggunakan media ini tidak hanya sebatas di kalangan muslim saja. Akan tetapi media ini juga dapat kita gunakan untuk membuktikan kepada dunia apa sebenarnya Islam itu.

Mungkin kita sudah sering mendengar cacian dari orang-orang bahwa Islam itu identik dengan teroris. Lalu kemudian bagaimana respon kita terhadap tanggapan seperti ini? Mungkin dalam benak kita tidak sependapat. Tapi apakah yang berani kita katakan pada orang yang tadi berpendapat demikian?
Kalo menurut kita Islam itu adalah agama yang rahmatan lil 'aalamin (rahmat bagi semesta alam), kenapa kita tidak berani meyakinkan mereka?

Dan yang juga menjadi fenomena saat ini yaitu apabila ada dari saudara dan saudari muslim kita yang senantiasa menjalankan syariat Islam secara konsisten, mereka malah divonis dengan alih-alih menjalankan aliran sesat. Apakah kita sebagai saudara mereka hanya bisa menerima perkataan tersebut dengan hati yang lapang dada? Atau justru kita hanya bisa terdiam melihat saudara dan saudari kita yang sedang mengalami kejadian seperti ini?

Demi Allah, seseorang yang tidak mencintai saudaranya sesama muslim karena Allah maka Allah SWT juga tidak akan mencintainya. Dan sebagai pemuda Islam sebaiknya kita malah geram dengan tindakan yang seperti ini.
»»  READMORE...

Permasalahan Pemuda Islam Saat Ini


Aslm wr wb..
Alhamdulillah tidak henti-hentinya kita ucapkan seraya bersyukur kepada Allah Rabb kita semua yang sampai saat ini masih begitu menyayangi kita melalui banyak nikmatnya yang tidak dapat kita hitung lagi.
Shalawat serta salam sewajarnya kita kirimkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, beliau adalah kekasih Allah yang seluruh hidupnya dibaktikan untuk beribadah kepada Allah dan mengajak orang-orang untuk ber-amar ma'ruf nahi mungkar.

Pada kesempatan kali ini saya ingin berbagi pengalaman dari sebuah buku yang berjudul "Selagi Masih Muda" karya Dr. 'Aid Al Qarni yang juga penulis buku best seller "Laa Tahzan". Memang ketika awalnya melihat sampul buku ini terasa kurang menarik, namun karena tertarik akhirnya saya mencoba membaca sedikit dari buku ini. Dan alhamdulillah melalui rasa penasaran saya atas buku ini akhirnya mendapatkan manfaat yang cukup banyak.

Beberapa diantaranya yaitu di dalam buku ini memang yang paling banyak disinggung adalah pemuda, yaitu pemuda Islam saat ini. Bagaimana tidak, kita sebagai pemuda Islam yang sebenarnya mempunyai banyak keistimewaan dan kelebihan dibandingkan dengan pemuda-pemuda lainnya, saat ini seakan tertidur oleh gemerlapnya dunia ini. Jika kita lihat di berbagai pemberitaan tidak sedikit dari teman-teman kita yang terjerumus dalam kesia-siaan perbuatan dunia ini.

Berbagai contoh telah dapat kita lihat dengan mata kepala kita sendiri. Mulai dari kebiasaan bergaul anak muda jaman sekarang yang bergaul sudah tidak mengenal hijab, tidak mengenal waktu (batas-batas komunikasi antara pria dan wanita), kebiasaan merokok, minum-minuman keras, dan lain lagi yang jumlahnya sudah tak terhitung lagi. Apakah itu hanya kebetulan? Tentu saja tidak saudaraku. Sebenarnya kita semua telah berusaha untuk dijauhkan dari nilai-nilai luhur keislaman kita yang sama sekali tidak pernah mengajarkan hal yang demikian.

Dan salah satu penyebab yang paling utama adalah media. Umat-umat diluar agama kita berusaha menjauhkan kita dari nilai luhur Islam melalui media massa saat ini seperti komputer, tv, radio, majalah, dan lain sebagainya. Sebab kata umat-umat tersebut jika mereka ingin mengadakan peperangan secara langsung dengan umat Islam seluruhnya niscaya mereka tidak akan menang. Mereka sudah terlalu banyak mengeluarkan biaya untuk membuat kapal perang yang canggih, tank-tank dari baja, rudal-rudal pemusnah massal hanya untuk melawan umat Islam yang tujuan intinya untuk menjauhkan kita dari nilai-nilai murni ajaran agama Islam.

Melalui sistem media yang mereka jalankan ini, mereka begitu sukses dalam mendoktrin teman-teman kita yang senantiasa diiming-imingi kenikmatan duniawi. Mereka senantiasa dibiasakan dengan kehidupan yang jauh dari ajaran Islam seperti membaca dan menonton media porno, berkata-kata dusta dan tidak sesuai aturan, berprilaku semena-mena terhadap orang lain, dan msaih banyak lagi dari perbuatan yang memang diajarkan langsung oleh iblis Laknatullah ini.

Bersambung di postingan selanjutnya Insya Allah..
»»  READMORE...

Kamis, 22 Desember 2011

Lakukan Apa Yang Bisa Kita Lakukan Saat Ini


Tiap orang kadang merasa hidupnya hampa, bingung harus mengerjakan apa. Bedanya ada
orang-orang yang sebenarnya menyadari apa hakikat hidup ini dan ada pula yang tak mengerti kehadirannya di dunia ini untuk apa.
Orang yang sadar bahwa tujuannya di ciptakan adalah khalifah fil ardhi, menjadi khalifah di muka bumi. Beribadah, apapun yang di lakukannya di upayakan memiliki nilai ibadah. Jika pun kadang ia menjadi hampa, itu hanya suatu warna tersendiri yang menjadi sebuah masa rehat untuk memikirkan apa yang akan di lakukan selanjutnya. Bukan lena untuk jangka panjang dan kebingungan tanpa sebab dan akibat.
Sedang yang belum paham akan kehadirannya di muka bumi, biasanya akan kurang menghargai nilai usia yang di berikan Allah. Untuk langkahnya pun kadang ia tak paham mengapa ia lakukan dan untuk apa di lakukan.
Bisa jadi, aku dan kau merasa berada pada dua kondisi di atas. Ketika pada satu masa berada di titik puncak semangat menjadi hamba Allah yang bertaqwa, hati kita berbunga-bunga, senyum selalu tersirat karena kita mampu melaksanakan peran sebagai seorang hamba dengan baik. Tapi di masa lain, karena suatu sebab kita berada pada di titik terendah kelemahan sebagai manusia yang bingung hendak melakukan apa dan melangkah ke mana.
Suatu keadaan yang normal, jalani saja. Asalkan jangan sampai kita terlena terlalu lama tanpa mencari pengobar semangat lainnya.
Sebelum menjadi paham, kita adalah hamba yang tak mengerti. Tapi dengan di iringi rasa keingintahuan tentang hakikat penciptaan manusia maka perlahan kita akan bisa menjalani kehidupan lebih bermakna.
Setelah paham akan hakikat penciptaan manusia, sering kita bingung. Merasa tak memiliki kemampuan apapun yang di gunakan sebagai sarana untuk menyampaikan kebenaran.
Tak perlu kita berharap menjadi seorang dai ternama yang mampu mengajak jutaan ummat ke jalan hidayah. Jika kita memang belum mampu untuk melakukan semua itu. Perlahan saja kita lakukan dengan apa yang kita bisa dan kita miliki. Sesuai dengan bidang yang kita kuasai.
Jika kamu bisa menulis, upayakanlah menulis sesuatu yang mampu mengajak orang lain pada cahaya Islam. Mengenal Allah dan RasulNya. Jika kamu penyanyi, nyanyikanlah lirik lagu yang bernafaskan Islam. Amar ma’ruf nahi munkar. Jika kamu senang mendaki gunung, jadikanlah pendakian itu menjadi sarana dakwah bagi teman seperjalananmu dan orang-orang yang kau temui di gunung. Juga sebagai sarana menjaga habitat alam tanpa merusaknya sedikit pun. Jika kau seorang guru, manfaatkanlah kewibawaanmu untuk mendekati murid-muridmu dari hati ke hati. Ajarkan mereka jika mereka menyimpang. Luruskanlah mereka jika mereka bengkok.
Lakukan sebisa kita, Allah menitipkan berbagai kemampuan bukan semata hanya untuk kepentingan dunia dan melupakan akhirat. Jemput keberkahan dengan memaksimalkan kemampuan dan pekerjaan kita semata-mata agar bernilai ibadah. Karena langkah seribu di mulai dari langkah pertama. Pelan-pelan kita jalani.
Paling tidak, dengan melakukan sesuatu yang kita senangi maka tak ada keterpaksaan dalam hati. Hanya dengan meluruskan niat, jadi apa yang kita lakukan bisa menjadi lading amal untuk bekal kelak. Walaupun nantinya kita lelah, akan cukup beristirahat sejenak kemudian melanjutkan perjalanan mengumpulkan keridhaan Allah dalam jejak langkah kita.
Tanpa ada praktek penghambaan kepada Allah. Bisa di pastikan betapa keringnya hidup ini. Layaknya daun kering kurang pengairan, maka akan meranggas perlahan. Begitu pun hati kita, jika tak di basahi dengan amal kebaikan maka hati akan menjadi mati.
Hidup hanya menjadi suatu kefanaan. Monoton. Karena yang di lakukan hanya untuk dunia dan dunia. Tiap harinya hanya berfikir bagaimana meraih dunia. Jika pun secara fisik nampak kebahagiaan. Secara tak kasat mata, ada hati yang mencari suatu kebahagiaan sejati, yang pastinya bukan pada dunia melainkan hanya Allah Azza Wajalla.
Di mulai dengan sedikit berfikir tentang akhirat. Di mulai dengan melakukan sedikit untuk amal kebaikan untuk bekal di akhirat. Maka kelamaan akan menjadi suatu candu. Lakukan saja. Di mulai dari sedikit yang kita bisa daripada tidak melakukan sama sekali. Bukan kuantitas yang Allah lihat. Bukan ketenaran di mata manusia yang Allah nilai. Tapi bagaimana usaha kita untuk sungguh-sungguh menjalankan misi di dunia ini menjadi khalifah fil ardhi dan mempraktekkan penghambaan hanya kepada Allah.
Allahu’alam.
»»  READMORE...

Rabu, 21 Desember 2011

Memulai Kebiasaan Baik


Alhamdulillah sampai saat ini Allah masih memberikan banyak nikmatnya kepada kita semua. Shalawat serta salam senantiasa kita kirimkan kepada junjungan kita Rasulullah SAW.

Menulis, mungkin banyak diantara kita yang beranggapan menulis itu adalah hal yang sulit. Dan pada awalnya saya juga beranggapan seperti itu,hehe. Namun sebenarnya tanpa kita sadari kita semua ini adalah penulis yang handal. Jika kita lihat dalam kehidupan sehari-hari, saat ini hampir tidak ada lagi orang yang tidak menggunakan hp, baik dari keluaran yang paling canggih dan mahal sampai kepada hp yang sudah tergolong sangat murah.

Nah melalui alat komunikasi yang satu inilah kita dapat melihat antusias dan aktivitas menulis yang cukup tinggi di kalangan masyarakat saat ini. Baik melalui sms (pesan singkat) yang dapat dilakukan pada semua hp sampai kepada fitur-fitur menulis di dunia maya (twitter, facebook, maupun blog) melalui hp yang sudah cukup canggih.
Sebagai aktivis dakwah, kita juga harus pandai-pandai dalam melihat peluang dakwah, salah satunya melalui media menulis ini.

Tidak sedikit para pejuang dakwah berhasil menjalankan tugas mulia ini melalui tulisan-tulisan mereka yang memang sungguh luar biasa memberikan motivasi dan informasi mengenai Islam. Untuk menjadi seorang penulis tidaklah dibutuhkan uang dan harta yang berlimpah, waktu yang banyak, dan fasilitas-fasilitas lainnya lg. Yang paling penting adalah semangat kita untuk berbagi kepada orang lain melalui hasil pemikiran kita yang dituangkan lewat tulisan.



Dan dari yang saya pelajari kiat yang paling penting untuk menjadi seorang aktivis dakwah yang berjuang melalui tulisan adalah memulai menulis. Sebab banyak orang yang saat ini belum berani untuk menulis karena terlalu memikirkan bagaimana tulisannya itu kelak. Dan yang juga tidak kalah pentingnya jangan sampai melupakan tujuan awal kita untuk berdakwah melalui tulisan. Ini sesuai dengan hadits dari Rasulullah yang berbunyi "Inna mal a'maalu bin niat" yang artinya sesunggunya segala amal perbuatan itu tergantung niatnya.

Mungkin diawal dari tulisan singkat saya ini cukup demikian dulu. Mohon kritik dan saran dari rekan-rekan sekalian. Waslm wr wb..
»»  READMORE...

Selasa, 20 Desember 2011

Masih Haruskah Berpacaran??


Allah memberikan rizki sesuai dengan kebutuhan hambaNya dan di waktu yang menurut Allah terbaik untuk kita mendapatkannya. Jodoh adalah salah satu rizki yang Allah persiapkan untuk kita.
Allah akan memberikan jodoh pada kita di saat yang tepat. Bukan sesuai dengan keinginan kita. Seringnya kita menginginkan sesuatu hanya berdasarkan pada keinginan bukan pada kebutuhan. Allah Maha Tahu, kapan kita akan siap untuk menerima sebuah tanggung jawab besar untuk membentuk suatu peradaban kecil yang di mulai dari sebuah keluarga.
Karena menikah bukan hanya penyatuan dua insan berbeda dalam satu bahtera tanpa visi dan tujuan yang pasti, berlayar tanpa arah atau berlayar hanya menuju samudera duniawi. Menikah adalah penggenapan setengah agama karena menikah adalah sarana ibadah kepada Allah. Dalam tiap perbuatan di dalam rumah tangga dengan berdasarkan keikhlasan dan ketaqwaan maka ganjarannya adalah pahala. Tapi jika menikah hanya berdasarkan nafsu atau bahkan mengikuti perputaran kehidupan dunia, maka hasilnya pun akan sesuai dengan yang di niatkan.
Karena menikah adalah ibadah. Menikah adalah sunnah di anjurkan Rasulullah. Menimbun pahala yang terserak di dalam rumah tangga. Dan semua manusia yang normal pasti akan mendambakan suatu pernikahan. Merasakan suatu episode hidup dimana kita akan memulai segala sesuatu yang baru. Yang dahulu kita berperan sebagai seorang anak dengan berbagai kebahagiaan bermandikan kasih sayang orang tua. Maka menikah adalah suatu gerbang menuju pembelajaran menjadi orang tua kelak. Kita bukan lagi sebagai penumpang di mana mengikuti arah kehidupan yang di tentukan orang tua, melainkan kita akan menjadi driver untuk kehidupan kita sendiri kelak. Kita bisa saja mengikuti jalur yang telah di lewati orang tua, jika memang itu jalur yang tepat. Tapi jika jalur itu tak sesuai dengan arah tujuan kehidupan rumah tangga kita yaitu jalur keridhaan Allah, maka kita pun harus mencari jalur yang tepat.
Karena menikah itu adalah satu kebaikan maka seharusnya harus di mulai dengan yang baik pula. Misalnya, ketika kita ingin lulus ujian, maka kita harus belajar yang giat bukan bermalas-malasan.
Ayat Allah masih jelas tertera dalam kitabNya, bahwa pria yang baik akan mendapatkan wanita yang baik pula dan sebaliknya. Dan ayat itu masih sama dengan pada saat Allah turunkan beribu tahun yang lalu. Janji Allah pun tergambar melalui ayat itu dan Allah Maha Menepati janji. Lalu mengapa kita masih meragukan janji Allah itu??
Masih haruskah berpacaran??
Mengenal lawan jenis dengan dalih untuk mengenal pribadi masing-masing. Padahal kenyataannya, hanya sedikit kejujuran yang di tampakkan pada saat pacaran. Rasa takut yang besar untuk di tinggal pasangannya atau hendak mengambil hati pasangannya membuat mereka menyembunyikan keburukan yang terdapat dalam dirinya. Sudah menjadi rahasia umum, jika usia pacaran yang lama tak menjamin bahwa itu menjadi suatu jalan untuk memuluskan hubungan menuju jenjang pernikahan. Sudah tak menjamin adanya pernikahan setelah sekian lama menjalin masa pacaran, juga banyak di bumbui pelanggaran terhadap rambu-rambu Allah. Maksiat yang terasa nikmat.
Zaman sekarang, berpacaran sudah selayaknya menjadi pasangan suami istri. Si pria seolah menjadi hak milik wanita dan si wanita kepunyaan pribadi si pria. Mereka pun bebas melakukan apapun sesuai keinginan mereka. Yang terparah adalah sudah hilangnya rasa malu ketika melakukan hubungan suami istri dengan sang pacar yang notabene bukan mahram. Padahal pengesahan hubungan berpacaran hanya berupa ucapan yang biasa di sebut “nembak”, misalnya “I Love You, maukah kau menjadi pacarku?” dan di terima dengan ucapan “I Love You too, aku mau jadi pacarmu”. Atau sejenisnya. Hanya itu. Tanpa adanya perjanjian yang kuat (mitsaqan ghaliza) antara seorang hamba dengan Sang Pencipta. Tanpa adanya akad yang menghalalkan hubungan tersebut. Hubungan pacaran tak ada pertanggungjawaban kecuali pelanggaran terhadap aturan Allah. Karena tak ada yang namanya pacaran islami, pacaran sehat atau apalah namanya untuk melegalkan hubungan tersebut.
Kita berlelah melakukan hubungan pacaran. Melakukan apapun guna menyenangkan hati sang kekasih (yang belum halal) meskipun hati kita menolak. Jungkir balik kita mempermainkan hati. Hingga suka dan sedih karena cinta, cinta terlarang. Hati dan otak di penuhi hanya dengan masalah cinta. Kita menangis karena cinta, kita tertawa karena cinta, kita meraung-meraung di tinggal cinta, kita pun mengemis cinta. Hingga tak ada tempat untuk otak memikirkan hal positif lainnya. Tapi sayang, itu hanya cinta semu. Sesuatu yang semu adalah kesia-siaan. Kita berkorban mengatasnamakan cinta semu. Seorang pacar, hebatnya bisa menggantikan prioritas seorang anak untuk menghormati orangtua. Tak sedikit yang lebih senang berdua-duaan dengan sang pacar di banding menemani orangtua. Pacar bisa jadi lebih tau sedang dimana seorang anak di banding orang tuanya sendiri. Seseorang akan rela menyenangkan hati pacarnya untuk di belikan sesuatu yang di suka di bandingkan memberikan kejutan untuk seorang ibu yang melahirkannya. Seseorang akan lebih menurut pada perintah sang pacar di banding orang tuanya. Hubungan yang baru terjalin bisa menggantikan hubungan lahiriah dan batiniyah seorang anak dengan orangtua.
Jika pun akhirnya menikah, maka tak ada lagi sesuatu yang spesial untuk di persembahkan pada pasangannya. Sebuah rasa yang seharusnya di peruntukan untuk pasangannya karena telah di umbar sebelumnya, maka akan menjadi hal yang biasa. Tak ada lagi rasa “greget”, karena masing-masing telah mendapatkan apa yang di inginkan pada masa berpacaran. Bisa jadi, akibat mendapatkan sesuatu belum pada waktunya maka ikrar suci pernikahan bukan menjadi sesuatu yang sakral dan mudah di permainkan. Na’udzubillah.
Parahnya jika tiba-tiba hubungan pacaran itu kandas, hanya dengan sebuah kata “PUTUS” maka kebanyakan akan menjadi sebuah permusuhan. Apalagi jika di sebabkan hal yang kurang baik misalnya perselingkuhan. Kembali hati yang menanggung akibatnya. Kesedihan yang berlebihan hingga beberapa lama. Hati yang terlanjur memendam benci. Tak sedikit yang teramat merasakan patah hati dikarenakan cinta berlebihan menyebabkannya sakit secara fisik dan psikis. Juga ada beberapa kasus bunuh diri karena tak kuat menahan kesedihan akibat patah hati.
Terdengar berlebihan. Tapi itulah kenyataannya, hati adalah suatu organ yang sensitif. Bisa naik secara drastis, tak jarang bisa jatuh langsung menghantam ke bumi. Apa yang di rasakan hati akan terlihat pada sikap dan perilaku. Hati yang terpenuhi nafsu akan enggan menerima hal baik. Ada orang bilang, jangan pernah bermain dengan hati. Karena dari mata turun ke hati, kemudian tak akan turun kembali. Akan ada sebuah rasa akan mengendap di dalam hati. Jika rasa itu baik dan di tujukan pada seseorang yang halal (suami atau istri) maka kebaikan akan terpancar secara lahiriah. Bukan sebuah melankolisme yang kini merajalela.
Banyak pelajaran dari sekitar. Kenapa masih harus berpacaran??
Karena ingin ada teman yang selalu setia mendengar tiap keluh kesah?? Tak selamanya manusia bisa dengan rela mendengarkan keluhan manusia lainnya. Hanya Allah yang tak pernah berpaling untuk hambaNya. Bisa jadi secara fisik sang pacar rela mendengar dengan seksama, tapi dia juga manusia yang akan merasa bosan jika selalu di cecoki dengan berbagai keluhan.
Malu di bilang jomblo??
Jika dengan jomblo kita bisa terbebas dari rasa yang terlarang, kenapa harus malu?? justru kita akan merasa nyaman bercengkerama dengan Allah karena sadar hati kita hanya patut di tujukan kepadaNya bukan yang lain. Justru kita harus bangga, di saat yang lain berlomba untuk melakukan hal terlarang tapi kita menjauhinya. Kemudian tak akan ada perasaan was was karena telah melanggar aturan Allah. Kita bebas berkumpul dengan kawan-kawan tanpa ada kekangan dari orang yang sesungguhnya tak memiliki kewenangan terhadap diri kita.
Mungkin masih banyak lagi kesia-siaan dalam berpacaran. Dan sesungguhnya belum tentu sang pacar akan menjadi pasangan kita kelak.
Pacaran ibarat minuman beralkohol, banyak yang mengelak bahwa dengan berpacaran mereka memiliki semangat baru dan sederet hal positif yang mereka kumandangkan. Tapi sama halnya dengan alkohol, maka manfaat yang di dapat jauh lebih kecil di banding kemudharatan yang di hasilkan. Karena segala sesuatu yang di larang Allah, pasti ada sebab dan manfaatnya.
Kemudian ada yang berdalih, toh pacaran itu tidak merugikan orang lain. Tidak merugikan orang lain, namun hukum Allah jauh lebih baik untuk di ikuti ketimbang menurutkan hawa nafsu yang berakhir pada jurang kebinasaan.
Kembali ke pernikahan, suatu kebaikan maka tak pantas jika di awali dengan keburukan. Allah tak akan ingkar janji, karena jodoh telah Allah tetapkan di Lauh Mahfuzh. Tinggal kita melakukan usaha yang baik, yang Allah ridhai. Supaya tiap langkah kita, hanya berisi keridhaan Allah dan mendapat keberkahanNya. Aamiin.
(hanya sebuah catatan hati guna pengingat diri dan saudara seimanku)
Allahua’lam

»»  READMORE...